Postingan

Soal Menyusun Kalimat Menjadi Paragraf Yang Padu

Gambar
Syarat paragraf yang baik: -     1. Sistematis/urut Susunan antarkalimat harus urut membentuk satu kesatuan (kalimat penjelas mendukung kalimat utama) Baca juga: Cara Menentukan Kalimat Utama . -     2. Padu Susunan antarkalimat saling berkaitan sehingga membentuk karangan yang padu. Contoh: Urutkanlah kalimat-kalimat berikut, lalu susunlah menjadi paragraf yang baik! 1.     Gigitannya pun bikin gatal. 2.     Bunyinya ketika terbang mengganggu telinga 3.     Aku paling tidak suka pada nyamuk 4.     Binatang kecil itu sungguh menjengkelkan. Jawaban: 3 – 4 – 2 – 1 Aku paling tidak suka pada nyamuk. Binatang kecil itu sungguh menjengkelkan. Bunyinya ketika terbang mengganggu telinga. Gigitannya pun bikin gatal. (Baca juga: Soal wacana Ide Pokok Lengkap dengan Penjelasannya ) SOAL Urutkanlah kalimat-kalimat berikut, lalu susunlah menjadi paragraf yang baik! SOAL I 1.     Namun, anehnya kami tidak merasa lelah sama sekali.

Mahasiswa Sekaligus Entrepreneur

Gambar
Oleh: Andi Dwi handoko Perguruan tinggi identik dengan biaya tinggi. Seakan-akan problem ini menjadi sebuah problem yang sangat klise bagi sebagian masyarakat. Pemerintah yang mengubah status PTN menjadi Badan Layanan Umum (BLU) yang kemudian berujung pada Badan Hukum Pendidikan (BHP) dan Badan Hukum Milik Negara (BHMN) ditafsirkan akan memperparah komersialisasi dalam pendidikan. Anggaran pendidikan 20% pun terlihat kurang terasa kiprahnya untuk sekadar mengatur napas masyarakat yang tercekik biaya pendidikan. Untuk mahasiswa yang kritis, kreatif dan inovatif tentunya tidak akan membisu dengan kondisi semacam ini. Membengkaknya biaya kuliah yang tak sanggup disanggah lagi akan menuntut mereka untuk mencari solusi yang sempurna dalam memecahkannya. Salah satunya yakni dengan mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa Kewirausahaan (PKMK). Biasanya setiap akademi tinggi, baik negeri maupun swasta menyelenggarakan aktivitas ini sesuai dengan mekanisme yang dikeluarkan oleh Dirjen Pendidi

Puisi

Pinggir Sejarah Dari pinggir sejarah kita menghitung luka-luka berkarat pada jendela nako yang mulai pecah daging-daging bacin membawa aroma cendawan purba hinggga bunga-bunga tak lagi menawarkan seutas keharuman yang dulu pernah mengikat hatiku ke hatimu kita yang pernah bercerita tentang sebuah perbedaan membakar ujung syaraf terlena pada bujukan-bujukan pemberontakan dengan mesiu-mesiu dan paham-paham yang mulai bau terurai bakteri kita yang berada di pinggir sejarah mendirikan panggung dengan sorak penggemar irama musik-musik populer menghentak-hentak hingga terlupa tak menggunakan celana dalam Solo, 04’06’09 Senyum dalam Potret Ungu Aku menyimpan potret tubuhmu dalam bingkai ungu bertuliskan abjad-abjad sejarah kusam ditelan waktu menelanjangi kenangan yaitu kesepian mengukir barisan-barisan kata di dinding kamarku berbaris puisi dalam tidur senyummu menuntunku mesra dalam ruang tanpa dimensi bergurat mantra dan lukisan bergaya absurd kau bersenandung dalam gelap membangunkanku me

Sinekdoke Bahasa

oleh:Andi Dwi Handoko Persoalan bahasa ialah problem yang sangat kompleks. Dalam berbahasa, kita sering menemui frase atau idiom yang sulit dimengerti namun sudah menjamur dan diterima dalam masyarakat. Salah satu misalnya ialah ”pembalut wanita”. Secara sekilas, idiom tersebut tidak ada kasus dan sudah lazim dipakai masyarakat. Akan tetapi jikalau dicermati lebih lanjut, ada yang ganjil dalam idiom tersebut. Jika diurai ”pembalut” ialah alat untuk membalut atau membungkus. Sedangkan kata yang menyertainya ialah ”wanita”, sehingga idiom tersebut sanggup berarti pembalut atau pembungkus wanita. Tentu pengertian ini mengakibatkan sesuatu hal yang tidak logis. Agar logis maka idiom tersebut sanggup diganti dengan ”pembalut kemaluan wanita” atau ”pembalut vagina”. Akan tetapi konvensi bahasa dalam masyarakat memandang hal tersebut sebagai hal yang tidak normatif. Kesan tabu akan muncul dalam idiom ”pembalut kemaluan wanita” atau ”pembalut vagina”, sehingga ”pembalut wanita” tetap menjadi s

Meregenerasi Kesenian Reog

Gambar
Pernahkan anda membawa barang seberat setengah kwintal dengan gigi anda? Bisa-bisa gigi anda akan tanggal semua jikalau benar-benar melakukannya. Namun membawa barang berat dengan gigi bukanlah suatu hal yang sulit bagi para pembarong. Pembarong ialah salah satu pemain dalam atraksi reog yang bertugas mengangkat singo barong atau dadak merak dengan gigi dalam sebuah pertunjukkan reog. Ketika menyaksikan sebuah pertunjukkan reog, kita niscaya disuguhi suatu atraksi yang mengundang decak kagum. Bagaimana tidak, seorang pembarong bisa mengangkat dadak merak yang beratnya mencapai 50kg lebih hanya dengan gigi-giginya. Dengan beban seberat itu, ia masih sanggup menari dan mengibas-ngibaskan dadak meraknya. Tak jarang pula dadak merak tersebut dinaiki seseorang dan ia bertengger sempurna di atas kepala singa. Jika berat orang tersebut dan dadak merak masing-masing ialah 50kg berarti pembarong itu mengangkat beban sampai 100kg. Kekuatan yang luar bisa dari pembarong inilah yang kadang menjadi

Poem

Ingatan Sebuah Rumah lama kabarmu jauh lepas di antara pandangan mata yang kamu lihat di cermin uban-uban putih menggigilkan pagi kita yang buta suara kita jadi batu-batu berserakan dalam masa yang purba sedang saya kamu masih mengingat jalan-jalan setapak yang pernah dilalui menjelma jalan-jalan ibu kota tak pernah tidur asap-asap tak pernah berhenti menggempur belahan napas sudut kota gerimis tipis seolah tangis teduh air mata banjir memenuhi rumah lama kau tata bangku meja yang patah di pelataran senja lukisan-lukisan dengan cat mengelupas satu-satunya harta rumah lama dan hanya jejak-jejak di jalan setapak jalan pulang ke rumah itu aku yang melupa kau yang tidur tak ingat lagi jejak-jejak hilang terhapus ruang kota yang beringas Solo, 02’05’09. Kabar Kawan Lama Kita saling berkabar wacana rumah-rumah kampung yang tak lagi memiliki halaman daerah kita bermain dahulu Suara-suara jangkrik di tengah malam yang menandai perburuan kita di masa lampau hilang berganti lagu-lagu dengan tang

Puisi Again

Mimpi Televisi televisi melahirkan bayi-bayi lucu dari rahimnya mereka tumbuh dalam tabung televisi tanpa mengenal usia kelender bergegas tanpa cemas melenyapkan kebosanan pada dunia nyata televisi menjadi ibu yang jelita penuh kasih sayang setia mendongengi anak-anak hingga tertidur lelap dalam pelukan televisi mendidik anak-anaknya dengan buku digital penuh mimpi dan imajinasi tanpa setitik kegelisahan pada waktu televisi dan mimpi terus bersetubuh melahirkan bayi-bayi lucu Monumen Sejarah waktu mencatat nama-nama pada watu cadas mengukir bentuk lisan dan wajah terbungkam dosa-dosa menjadi sebuah monumen bersejarah orang-orang berbaju kumal memuja batu-batu mengukir angka-angka sejarah bersendawa dengan lapar di malam buta pekat menyekaratkan nyawa dalam lorong-lorong kota wajah-wajah tak dikenal membuat topeng sejarah menjarah bank-bank menjerat senyum orang kelaparan mereka membangun derita menjadi monumen di tengah-tengah kota Anak-anak Elektronik mereka berkejaran sembari mengika