Perempuan Yang Menangisi Malam
Oleh Andi Dwi Handoko Malam ibarat biasa. Gelap dan setengah mengiba pada purnama untuk sekadar memberi cahaya. Perempuan itu duduk di atas bangku ruang keluarga. Kursi kayu yang entah berapa tahun menghuni rumah itu. Televisi mati. Lampu temaram menciptakan eksotisme abstrak pada guraian rambut perempuan itu. Jam dinding seakan memberi irama stagnan pengantar malam. Suasana rumah sepi. Bahkan bunyi serangga malam enggan untuk menemani gelap malam. Sungguh malam yang teramat kejam menelan seorang perempuan yang sendiri dalam kesepian. Perempuan itu masih dalam keheningan malam. Ia sedang menghayati malam. Menelan malam dan membuangnya dalam kenangan. Ia bernyanyi dalam keheningan malam. Nyanyian kesepian yang barangkali terhenti ketika pagi tiba. Dan mungkin akan terulang lagi di malam-malam berikutnya. Ia masih duduk dengan ketenangan tubuhnya. Sesekali ia menghela napas panjang. Kemudian membisu tak bergerak. Ada suatu yang menggelisahkan dirinya. Ia ingin beranjak duduk, namun