Cerita Anak Trofi Puisi

pagi sekali Nilam berangkat ke sekolah alasannya ialah ada kiprah piket kebersihan Cerita Anak Trofi puisi

Trofi Puisi


oleh: Andi Dwi Handoko

Pagi-pagi sekali Nilam berangkat ke sekolah alasannya ialah ada kiprah piket kebersihan. Sesampai di sekolah, suasana masih sepi.

Ketika Nilam berjalan menuju kelasnya, sekilas Nilam melihat ada sebuah pengumuman yang tertempel di papan pengumuman. Ternyata itu ialah pengumuman lomba deklamasi puisi antarsekolah dasar tingkat kecamatan.

Tak berapa lama, Nila dikagetkan dengan kedatangan Bu Risty yang tiba-tiba menyapa Nilam.

“Selamat pagi Nilam!”

“Se…selamat pagi Bu Risty,” jawab Nilam agak kaget.

“Nggak usah kaget, Bu Risty bukan hantu kok! Pagi sekali datangmu?”

“Iya Bu. Hari ini aku ada aktivitas piket kebersihan. Jadi, berangkat lebih pagi. Eh, alasannya ialah tiba terlalu pagi, aku baca-baca pengumuman lomba ini dulu.”

“Nilam tertarik ikut lomba deklamasi itu?”

“Lumayan tertarik Bu.”

“Kok lumayan? Harus ikut dong! Nilam kan andal deklamasi puisi. Kalau kau tertarik, nanti waktu istirahat kau temui Ibu di kantor ya! Bu Risty yang mengoordinasi siswa yang mau ikut lomba itu.”

“Baik Bu.”

Setelah Nilam mencar ilmu selama tiga jam pelajaran, bel istirahat pun berbunyi. Nilam segera menuju ke kantor guru menemui Bu Risty untuk mengetahui lebih terang mengenai pengumuman lomba yang dibacanya tadi. Bu Risty ialah guru mata pelajaran Bahasa Indonesia di sekolah Nilam.

“Bagaimana Nilam? Mantap untuk ikut lomba tersebut?”

“Iya Bu.”

“Baiklah, kau isi formulir registrasi ini. Nanti Bu Risty yang akan mengirim formulir ini ke panitia lomba. Kamu latihan yang rajin biar menang.”

“Judul puisinya apa Bu?”

“Oya, puisi wajibnya berjudul “Doa” karya Chairil Anwar, kemudian puisi bebasnya terserah kau baca puisi ciptaan siapa saja.”

“Puisi ciptaan sendiri boleh Bu?”

“Boleh. Itu malah bagus. Persiapkan ya! Lomba diadakan ahad depan.”

“Baik Bu Risty.”

Waktu seminggu dipakai Nilam untuk rajin latihan deklamasi. Ketika berdiri tidur, ia latihan olah vokal dan pernapasan semoga suaranya lebih terang dan nyaring. Nilam tak segan-segan memakan kencur mentah. Kata ibunya, kencur sanggup menciptakan kualitas suaranya menjadi baik. Ia pun telah mempersiapkan satu puisi untuk dideklamasikan sebagai puisi bebas di lomba itu.

Akhirnya waktu lomba pun telah tiba. Hanya Nilam satu-satunya siswa yang mewakili sekolahnya untuk ikut dalam lomba tersebut. Nilam tiba ke daerah lomba dengan ibunya. Bu Risty pun ikut mengantarkan Nilam. Setelah daftar ulang, Nilam menerima nomor urut 20 dari 30 peserta.

Setelah menunggu lama, Nilam pun dipanggil panitia untuk maju mendeklamasikan puisi. Tak ada rasa ragu dalam hati Nilam. Ia mendeklamasi puisi “Doa” karya Chairil Anwar dengan perenungan yang dalam. Suaranya pun terdengar mantap dan mimiknya tampak meresapi makna puisi tersebut. Selanjutnya Nilam membacakan puisi bebas, yakni puisi ciptaannya sendiri.

Aku Ingin Seperti Ibu karya Nilam Estetika Dewi,” Nilam mulai membaca puisinya.

Puisi dan deklamasi Nilam sangat bagus. Karena terlalu menghayati puisinya, air mata menetes dari mata Nilam. Begitu juga ibunya, ia tampak menangis gembira atas deklamasi puisi yang diciptakan Nilam sendiri. Tepuk tangan riuh menandai berakhirnya deklamasi dari Nilam.

Deklamasi dari 30 akseptor pun telah usai. Saatnya juri memilih pemenangnya. Salah satu juri berdiri bersiap membacakan pengumuman pemenang lewat pengeras suara. Semua akseptor lomba tampak tegang.

“Hasil lomba deklamasi hari ini. Juara I diraih oleh….Ni…Nisa Praticia…Juara II diraih oleh…Wahyu Pramuditya, dan juara III diraih oleh…Nilam Estetika Dewi.”

Tepuk tangan terdengar riuh. Wajah Nilam pun terlihat berbinar. Ia sanggup menjadi juara III dan gres kali ini ia menerima trofi juara. Ia mempersembahkan trofi puisinya untuk ibu tercintanya. Nilam gembira menjadi juara III. Ia tak menyesal alasannya ialah tidak menjadi juara I, tetapi ia bertekad kalau ada lomba lagi, ia akan berusaha semaksimal mungkin untuk menjadi juara I.

“Butuh usaha keras untuk menggapai prestasi,” batin Nilam. - Oleh : Andi Dwi Handoko

Dimuat Solopos Edisi Minggu, 6 Maret 2011

Komentar

Postingan populer dari blog ini

20 Soal Melengkapi Pantun – Kisi-Kisi Us/M Sd/Mi

Cerita Ilustrasi Peribahasa Sambil Menyelam Minum Air

Soal Menyusun Kalimat Menjadi Paragraf Yang Padu