Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2018

Uang Palsu Merebak Jelang Lebaran

Gambar
oleh: Andi Dwi Handoko Jelang Idulfitri ada banyak yang mesti diwaspadai masyarakat, ibarat masakan kedaluwarsa, daging gelonggongan, perampokan, hingga uang palsu. Menjelang Idulfitri biasanya transaksi uang di masyarakat semakin intensif sehingga arus peredaran uang semakin besar. Tak pelak jikalau kesempatan ini dipakai para pelaku kriminal untuk mengedarkan uang palsu. Selama ini biasanya uang palsu yang beredar yakni uang kepingan besar mulai Rp 10.000 hingga Rp 100.000. Namun tak menuntut kemungkinan uang kepingan di bawahnya juga dipalsukan. Apalagi kini menjamur para penjual jasa tukar uang yang biasanya beroperasi di jalanan. Hal ini patut diwaspadai alasannya yakni dapat saja hal itu adaah bab dari praktik peredaran uang palsu. Masyarakat harus hati-hati dan jeli dengan uang yang diterimanya. Sebagai tips mudah, sebaiknya kita ingat tawaran dari pemerintah yakni memastikan uang dengan 3D (Dilihat, Diraba, dan Diterawang). Selain itu, sebaiknya masyarakat menukarkan uang

No Remisi Lebaran Untuk Koruptor

Ketika Idulfitri tiba, banyak orang yang bersukacita. Bisa dibilang, Idulfitri merupakan berkah bagi semua orang, termasuk narapidana. Mereka biasanya kecipratan berkah Idulfitri alasannya yakni mendapat remisi Lebaran. Tapi, alangkah baiknya kalau pemerintah tidak memperlihatkan remisi Idulfitri kepada narapidana masalah korupsi. Pemberian remisi Idulfitri untuk narapidana masalah korupsi perlu ditolak dan ditiadakan sebagai bentuk ketegasan pemerintah dalam membumihanguskan korupsi di negeri tercinta ini. Masyarakat sudah muak dengan lemahnya aturan terhadap koruptor di negeri ini. Ambil pola sederhana yakni Century yang kasusnya tidak kelar-kelar. Juga durjana pajak, rekening gendut, dan lain-lain. Remisi Idulfitri yang diberikan kepada koruptor akan semakin menciptakan para koruptor lebih tidak takut untuk korupsi. Jadi, ayo tolak remisi Idulfitri untuk koruptor! Andi Dwi Handoko, alumnus FKIP UNS Solo dimuat di Jawa Pos , Kamis, 9 September 2010

Mudik, Jangan Bawa Saudara Ke Kota

Gambar
Mudik yakni sebuah rutinitas tahunan yang sudah mentradisi di Indonesia. Persebaran ekonomi yang timpang antara desa dan kota merupakan salah satu penyebab tradisi mudik. Mereka yang dari desa berbondong-bondong ke kota untuk bekerja. Pada dikala Idulfitri mereka pulang ke kawasan masing-masing untuk bertemu dengan sanak keluarga. Setiap habis Lebaran, hampir dipastikan jumlah penduduk kota-kota besar khususnya Jakarta akan meningkat. Hal ini dikarenakan orang-orang yang pulang kampung ke desa sering kali membawa sanak saudaranya ke kota untuk bekerja. Urbanisasi pun berjalan, dan kota yakni yang terkena dampaknya alasannya yakni semakin padat. Iming-iming dan dongeng bahwa ada banyak lowongan kerja di kota yakni bujuk rayu untuk orang-orang desa yang mendambakan pekerjaan layak di kota. Padahal kalau tak memiliki kualifikasi keahlian yang berkualitas, dapat jadi mencari kerja di kota sama juga susahnya dengan di desa. Untuk mencegah kepadatan penduduk di perkotaan. Alangkah bijak

Moda Murah, Rawan Musibah

Gambar
oleh: Andi Dwi Handoko Mudik sudah menjadi rutinitas tahunan yang mentradisi di Indonesia. Untuk menghemat biaya mudik, biasanya pemudik memakai sepeda motor. Selain hemat di ongkos, sepeda motor sanggup memperlancar perjalanan si pengendara. Pasalnya, arus kendaraan sekitar Idulfitri sangat padat sehingga terjadi kemacetan. Di area kemacetan, sepeda motor sanggup lebih lancar berjalan daripada kendaraan beroda empat atau angkutan lainnya. Akan tetapi, penggunaan sepeda motor dalam perjalanan pulang kampung sangat rentan kecelakaan. Sudah banyak kasus kecelakaan sepeda motor ketika arus pulang kampung ataupun balik. Bisa dikatakan, sepeda motor yaitu moda murah tapi rawan musibah. Ada beberapa faktor mengapa penggunaan sepeda motor ketika pulang kampung rentan kecelaakaan. Pertama, kondisi sepeda motor yang kurang optimal. Untuk dipakai ketika mudik, sepeda motor harus dalam keadaan baik. Sebelum dipakai mudik, sebaiknya motor dicek terutama bab busi, oli, lampu-lampu, keausan b

Perempuan Yang Menangisi Malam

Oleh Andi Dwi Handoko Malam ibarat biasa. Gelap dan setengah mengiba pada purnama untuk sekadar memberi cahaya. Perempuan itu duduk di atas bangku ruang keluarga. Kursi kayu yang entah berapa tahun menghuni rumah itu. Televisi mati. Lampu temaram menciptakan eksotisme abstrak pada guraian rambut perempuan itu. Jam dinding seakan memberi irama stagnan pengantar malam. Suasana rumah sepi. Bahkan bunyi serangga malam enggan untuk menemani gelap malam. Sungguh malam yang teramat kejam menelan seorang perempuan yang sendiri dalam kesepian. Perempuan itu masih dalam keheningan malam. Ia sedang menghayati malam. Menelan malam dan membuangnya dalam kenangan. Ia bernyanyi dalam keheningan malam. Nyanyian kesepian yang barangkali terhenti ketika pagi tiba. Dan mungkin akan terulang lagi di malam-malam berikutnya. Ia masih duduk dengan ketenangan tubuhnya. Sesekali ia menghela napas panjang. Kemudian membisu tak bergerak. Ada suatu yang menggelisahkan dirinya. Ia ingin beranjak duduk, namun

Sertifikasi Mainan Anak

Gambar
Oleh: Andi Dwi Handoko Pascalebaran, belum dewasa sering mendapat angpau. Mereka pun dengan leluasa membeli apa yang mereka inginkan, termasuk mainan. Namun nahas terjadi pada belum dewasa di Padang, Sumatra Barat beberapa waktu yang lalu. Mereka cedera dan mesti dirawat di rumah sakit karena menjadi korban dikala bahu-membahu bermain dengan memakai pistol mainan berbahaya Yang menjadi pertanyaan ialah mengapa mainan berbahaya tersebut hingga sanggup di tangan mereka? Orangtua perlu waspada dan mengawasi apa yang dilakukan anak-anaknya. Selain itu, sebaiknya pemerintah tanggap dengan duduk masalah ini dengan memberlakukan sertifikasi mainan anak. Jika suatu mainan layak edar, maka diberi akta kondusif dan standar minimal usia pengguna. Apabila suatu mainan anak tetap beredar bebas dan tanpa sertifikat, tentu mainan itu sanggup disebut mainan ilegal. Dan sebagai langkah pemberantasannya tentu dengan cara merazia atau menarik mainan itu dari peredaran. gambar dari: indonetwork.c

Cerita Islami Motivasi Gtt

Gambar
DapurImajinasi kini akan menyajikan dongeng islami motivasi yang dapat menjadi dorongan dan introspeksi bagi diri kita. Cerita islami  motivasi yang berjudul GTT ini bercerita wacana sosok guru yang bersahaja dengan hidupnya. Cerita ini pernah dimuat di Rubrik Hikayat Surat Kabar Solopos. Selanjutnya, silakan membaca dan hayati maknanya.   GTT oleh: Andi Dwi Handoko “Astagfirullah” Aku terlambat tiba ke sekolah. Padahal hari ini jadwalku mengajar jam pertama. Kemarin, saya sudah memberi pengumuman pada siswa-siswaku untuk mencar ilmu bahan potongan IV alasannya hari ini kugunakan untuk ulangan harian. Dengan terburu-buru saya keluar dari bus dan eksklusif berlari menuju gerbang sekolah yang sudah tutup. Memang, biasanya kalau sudah pukul 07.05 WIB, gerbang akan ditutup dan siswa yang terlambat dihentikan masuk. Toleransi telat hanya lima menit dari aktivitas masuk yang ditentukan. Sementara ini sudah hampir 07.30 WIB. Sesampai di gerbang, saya memanggil penjaga

Satgas Anticalo Cpns

Gambar
oleh: Andi Dwi Handoko Memasuki bulan di akhir-akhir tahun 2010, banyak perekrutan Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) yang mulai dilaksanakan sentra maupun daerah. Pekerjaan sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) tentu masih menjadi sesuatu yang dielu-elukan oleh sebagaian besar masyarakat. Jaminan masa depan yang terperinci yakni salah satu alasan mengapa musim menjadi PNS sangat besar. Keinginan yang besar menjadi PNS tak pelak membuat seseorang sering berlaku curang. Mereka mencari aneka macam cara biar gampang diterima sebagai PNS. “Aturan dapat dibeli” barangkali inilah mental-mental kotor yang masih menempel dalam masyarakat. Dan dari sinilah mulai tumbuh subur praktik percaloan. Sudah banyak masyarakat yang terkena tipu para oknum yang mengaku dapat membantu seseorang menjadi PNS. Bisa jadi para oknum yakni orang-orang dalam birokrasi pemerintahan atau juga orang luar yang memanfaatkan ladang berair perekrutan CPNS. Tentu hal ini harus menjadi perhatian bersama. Pemerintah h

Dukung Kegiatan Kota Hijau

Gambar
oleh: Andi Dwi Handoko Bumi semakin panas. Cuaca kian tindak menentu. Musim pun kian membingungkan manusia. Bumi terancam dengan global warming. Perilaku insan yang kebablasan mengeksplorasi bumi yaitu salah satu penyebabnya. Bangunan-bangunan yang sembrono dibangun tanpa hukum tata ruang publik berdampak mengurangi daya serap tanah. Jatah tanah untuk pohon-pohon semakin berkurang, terutama di kota-kota besar. Akibatnya, kota menjadi panas. Usulan Wali Kota Solo, Joko Widodo untuk membangun Kota Solo menjadi Kota Hijau patut menerima apresiasi. Sebagai langkah awal, diadakan proyek pagar hidup, yakni mengganti pagar beton dengan pagar tanaman. Kalaupun pagar beton sayang untuk dirobohkan, ada alternatif untuk memberi tumbuhan rambat pada pagar tersebut. Selain itu, tentu yang terpenting yaitu kesadaran masyarakat dalam merawat dan menyayangi pohon serta lingkungan sekitarnya. Semoga agenda ini berjalan mulus dan sukses biar menjadi referensi bagi kota-kota lainnya. Dengan begi

Belajar Skala Prioritas

Gambar
Andi Dwi Handoko Miris saat mendengar kabar para anggota dewan tetap pergi ke luar negeri dengan dalih kunjungan kerja (Kunker). Sementara, di dalam negeri rakyat sedang dirundung tragedi yang silih berganti, mulai banjir bandang Wasior, tsunami Mentawai, sampai meletusnya Gunung Merapi. Protes masyarakat serta larangan dari aneka macam pihak semoga para anggota dewan berhenti sejenak untuk “pelesiran” ke luar negeri pun tidak digubris sama sekali. Para anggota dewan sekiranya patut untuk mendapatkan pembelajaran mengenai skala prioritas sekaligus etika. Anggaran untuk “pelesiran” ke luar negeri tidak sedikit. Di lain pihak, para korban tragedi sangat memerlukan proteksi dana yang tidak sedikit. Bukankah pertolongan kemanusiaan lebih penting daripada Kunker yang selama ini terperinci belum terasa manfaatnya. Skala prioritas inilah yang seharusnya dipahami para anggota dewan yang terhormat. Mereka dipilih oleh rakyat bukan hanya untuk bersenang-senang di atas penderitaan rakyat.

Menjadi Pahlawan

Gambar
Andi Dwi Handoko Memperingati Hari Pahlawan seharusnya tidak hanya sekadar perayaan seremonial saja. Ya, tentu kita mesti mengenang dan menghargai jasa para pahlawan, tetapi perlu juga untuk diwujudkan dalam bentuk yang konkret. Pahlawan tidak hanya sekadar penghargaan atau nama saja. Akan tetapi, jagoan memiliki arti sakral yang berkaitan dengan jasa seseorang yang sangat berarti di masyarakat. Mencari jagoan di masa modern cukup langka. Rakyat bergotong-royong punya jagoan yang patut dibanggakan, yaitu wakil rakyat. Namun, para wakil rakyat tersebut tak bisa untuk menjadi jagoan untuk dirinya sendiri. Mereka tak bisa untuk menahan hawa nafsu yang berlebih. Rakyat menentukan wakilnya untuk menjadi pahlawan. Tapi yang terjadi malah sebaliknya, wakil rakyat menjajah rakyat. Rakyat masih miskin, tertimpa banyak sekali musibah, pendidikan masih mahal, tetapi para wakilnya malah sibuk menyenangkan diri sendiri, pelesir ke luar negeri, atau sibuk mencari celah menciptakan gedung mega

Bahasa Pengumuman Cpns

Gambar
oleh: Andi Dwi Handoko dimuat Solopos edisi Kamis, 25 November 2010 Sudah menjadi hukum jikalau surat dinas atau surat resmi dari suatu instansi harus memakai bahasa yang baku dan resmi. Namun, agak ironis dikala kita memperhatikan beberapa pengumuman registrasi calon pegawai negeri sipil (CPNS) yang dikeluarkan masing-masing pemerintah kabupaten/kota beberapa waktu lalu. Penggunaan bahasa pengumuman CPNS tersebut pada umumnya masih memakai beberapa bentuk dan ejaan yang tidak baku. Misalnya, penulis mengambil sampel pengumuman CPNS di Kota Solo. Di pengumuman tersebut terdapat sebuah persyaratan yang ditulis “Foto copy ijazah dan transkrip nilai dilegalisir dan/atau ijazah/sertifikat profesi yang dipersyaratkan”. Ada dua kata yang salah dalam kutipan tersebut, yakni penulisan “foto copy” dan “dilegalisir”. Kata “foto copy” dalam kutipan pengumuman tersebut tidak baku alasannya yaitu penulisan serapan unsur gila yang salah. Pembenaran bentuk tersebut seharusnya yaitu “fotokopi”. Penggu

Transparansi Nilai Tes Cpns

Gambar
Beberapa waktu kemudian tes Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) di beberapa tempat telah dilaksanakan. Kini para pendaftar yang ikut tes CPNS tinggal menunggu hasilnya. Mereka harap-harap cemas dengan hasil tes yang telah mereka jalani. Pelaksanaan tes CPNS di beberapa tempat ada yang berjalan lancar dan ada pula yang sempat bermasalah. Beberapa di antaranya lantaran keterlambatan soal sampai tes harus ditunda menyerupai yang terjadi di Kabupaten Karanganyar dan Kendal, Jawa Tengah. Semoga insiden menyerupai ini sanggup menjadi penilaian dan tidak terjadi lagi dalam pelaksanaan selanjutnya. Maraknya info calo CPNS juga menciptakan galau masyarakat, khususnya para pendaftar CPNS. Oleh lantaran itu, panitia pengadaan CPNS harus transparan dalam mengumumkan hasil tes. Salah satunya sanggup ditempuh dengan mengumumkan keseluruhan nilai tes tulis dan wawancara para pendaftar melalui website maupun papan pengumuman di instansi pemerintahan setempat. Oleh lantaran itu, pendaftar sanggup me

Gerakan Satu Ahad Satu Buku

Membuat masyarakat gemar membaca yaitu cara jitu meningkatkan kualitas sumber daya insan Indoensia. Namun, bila membentuk Satgas gemar membaca barangkali menciptakan pemerintah terlalu repot mengurusnya. Mereka kan sering kali tidak mau ambil repot. Jadi, alternatif yang manis untuk mewujudkan masyarakat gemar membaca yaitu kesadaran masyarakat itu sendiri. Ada baiknya pencanangan kegiatan administrasi dapat bangun diatas kaki sendiri dengan memberlakukan gerakan satu ahad satu buku. Jika seseorang bisa membaca satu buku per minggunya maka dalam setahun ia bisa melahap sekitar 50 buku. Hebat bukan? gambar dari: blogspot.com

Cerita Anak Trofi Puisi

Gambar
Trofi Puisi oleh: Andi Dwi Handoko Pagi-pagi sekali Nilam berangkat ke sekolah alasannya ialah ada kiprah piket kebersihan. Sesampai di sekolah, suasana masih sepi. Ketika Nilam berjalan menuju kelasnya, sekilas Nilam melihat ada sebuah pengumuman yang tertempel di papan pengumuman. Ternyata itu ialah pengumuman lomba deklamasi puisi antarsekolah dasar tingkat kecamatan. Tak berapa lama, Nila dikagetkan dengan kedatangan Bu Risty yang tiba-tiba menyapa Nilam. “Selamat pagi Nilam!” “Se…selamat pagi Bu Risty,” jawab Nilam agak kaget. “Nggak usah kaget, Bu Risty bukan hantu kok! Pagi sekali datangmu?” “Iya Bu. Hari ini aku ada aktivitas piket kebersihan. Jadi, berangkat lebih pagi. Eh, alasannya ialah tiba terlalu pagi, aku baca-baca pengumuman lomba ini dulu.” “Nilam tertarik ikut lomba deklamasi itu?” “Lumayan tertarik Bu.” “Kok lumayan? Harus ikut dong! Nilam kan andal deklamasi puisi. Kalau kau tertarik, nanti waktu istirahat kau temui Ibu di kantor ya! Bu Rist

Tolak Ukur Atau Tolok Ukur

Penggunaan bahasa yang baik dan benar tidak hanya didasarkan pada lancarnya komunikasi, tetapi juga harus mengacu pada hukum kebahasaan. Bisa jadi kata yang diucapkan seseorang dan dimengerti lawan bicara, sebetulnya menyalahi hukum kebahasaan. Sering ditemukan penggunaan “tolak ukur” dan “tolok ukur”. Penggunaan tiap pola itu sanggup diperhatikan dalam kalimat-kalimat berikut: 1) Hasil penelitian ini sanggup dijadikan tolak ukur sejauh mana tingkat pemahaman siswa dalam mendapatkan bahan pembelajaran. 2) Kandungan mineral air pegunungan itu sanggup dijadikan tolok ukur kualitas air sehat yang sanggup dikonsumsi masyarakat. Jika dicermati, kedua pola kalimat itu sanggup dipahami maknanya. Tetapi, manakah sebetulnya yang tepat? Jika dianalisis, kata “tolak” dalam kamus mempunyai arti “sorong” atau “dorong”. Berarti jika digabung dengan kata “ukur” akan menghasilkan makna yang tidak sesuai dengan makna yang disampaikan dalam pola kalimat di atas. Berbeda dengan penggunaan bentuk “tolok u

Cerita Islami Mata Bening

Gambar
Mata Bening Oleh : Andi Dwi Handoko Untuk beberapa detik lamanya, mataku terpaku menatap gadis itu. Entahlah, saya menyerupai tersihir keanggunannya. Matanya terlihat sejuk dipandang menyerupai bening embun yang menyegarkan pagi. Langkah kakinya seperti mempunyai irama yang berketukan melodis. Gerakan langkah dan tubuhnya di mataku telah menjadi adegan slow motion yang biasanya hanya kulihat di film-film. Gadis berwajah manis dan berjilbab biru bahari itu menyerupai menghujaniku dengan salju yang menciptakan badan dan mataku membeku dan terpaku menatapnya. Selangkah demi selangkah ia menjauh dan hasilnya hilang di balik pintu ruang kuliah seberang sana. Aku segera sadar dari keterpakuanku. “Astagfirullah…” Aku segera menghela napas yang dalam dan beristigfar. Namun gadis itu memang sangat anggun, elok dan manis. Barangkali dialah gadis terindah yang pernah kulihat. Tidak ingin membuang waktu lama, saya segera bergegas ke laboratorium komputer. Ada pekerjaan menunggu di sana.

Pe­Mu­Kim­An Atau Per­Mu­Ki­Man

oleh Andi Dwi Handoko Da­lam ke­hi­dup­an se­ha­ri-ha­ri ki­ta se­ring men­jum­pai peng­gu­na­an ka­ta “pe­mu­kim­an” dan “per­mu­ki­man”. Na­mun, ka­ta yang cen­de­rung se­ring di­pa­kai ada­lah ka­ta ”pe­mu­kim­an”. Mi­sal­nya, ”Pa­ra ge­lan­dang­an itu ting­gal di pe­mu­kim­an ku­muh se­ki­tar ban­tar­an su­ngai.” Con­toh ka­li­mat ter­se­but se­ki­las tam­pak ti­dak ada ma­sa­lah dan da­pat di­te­ri­ma ba­gi se­se­o­rang yang men­de­ngar­nya. Akan te­ta­pi, ji­ka di­ru­nut se­suai mak­na peng­im­buh­an (afik­sa­si), ter­nya­ta ka­ta ”pe­mu­kim­an” da­lam ka­li­mat ter­se­but peng­gu­na­an­nya ti­dak te­pat. Ka­ta yang te­pat un­tuk ka­li­mat di atas se­ha­rus­nya ada­lah ”per­mu­ki­man” ka­re­na me­nya­ta­kan sua­tu tem­pat. Ka­ta ”per­mu­ki­man” ber­asal da­ri ka­ta da­sar ”mu­kim” yang men­da­pat im­buh­an ”per-an” dan me­nya­ta­kan mak­na tem­pat. Ka­sus ini da­pat di­pa­dan­kan de­ngan ka­ta ”ce­tak” yang ju­ga di­tam­bah de­ngan im­buh­an ”per-an”, se­hing­ga mak­na ka­ta­nya

Senandung Ilalang Di Wajah Merbabu

Gambar
Pada kerinduan yang tak sempat terjamah, pada kabut gunung dan segarnya bau edelweiss di pagi hari, pada semilirnya angin yang kadang menggigilkan tubuh, rasanya sangat ingin dekat kembali dengan semua itu. Mei. Yah, menyerupai tahun yang lalu, pada Mei ‘11 kesannya kusempatkan untuk mendekap kerinduan itu. Kerinduan pada Gunung Merbabu. Memang benar kata salah seorang temanku bahwa mendaki gunung yakni candu. Cerita bermula dari komentar status Fb temanku yang merencanakan bahwa ia akan mendaki Merbabu. Selidik punya selidik, ternyata pendakian akan dilaksanakan bersama rombongan dari LPM. Akhirnya, satu hari sebelum pendakian saya menyatakan untuk ikut. Yah, padahal statusku pada waktu itu yakni “sementara menganggur” dan seharusnya pada hari itu, saya mengikuti ujian microteaching di salah satu sekolah swasta. Namun, saya menentukan mendaki gunung. Ha ha ha. Selain memang alasannya yakni cita-cita untuk foto-foto di sabana Merbabu (yang tahun kemudian berkabut tebal dan badai), j

Cerita Lucu Kecele

Gambar
 Kecele oleh: Andi Dwi Handoko Jon Koplo dan Tom Gembus yaitu dua orang lulusan Sekolah Menengan Atas di Wonogiri yang mengikuti ujian SNMPTN di Solo. Kebetulan daerah tes mereka berada di universitas yang mereka inginkan, yakni universitas negeri yang berdasarkan mereka top markotop. Singkat cerita, sesudah ujian selesai pukul 11.00 WIB, mereka tidak pribadi pulang tetapi ingin jalan-jalan keliling Kota Solo. Maklum, mereka masih awam dengan Kota Bengawan ini. Seharian mereka wira-wiri seantero Solo, Manahan, Balekambang, dan terakhir menghabiskan waktu di Solo Grand Mall. Berhubung waktu sudah menjelang Magrib, sebelum pulang mereka pun mencari masjid untuk salat. Di sepanjang Jl Slamet Riyadi mereka thingak-thinguk mencari masjid, namun belum ketemu juga. Sampai di Gladag, Gembus membelokkan motornya ke arah utara. Tiba-tiba Koplo melihat ada kubah masjid di sebelah lampu bangjo. “Mbus, itu, di depan ada masjid. Kita pribadi magriban di sana saja,” tunjuk Koplo. Begitu l

Putri Kencana

Gambar
Oleh : Andi Dwi Handoko Di antara Bukit Seribu di Wonogiri terdapat sebuah bukit yang disebut Bukit Gandok. Bukit ini terletak di Desa Wonodadi. Penduduk sekitar kebanyakan berprofesi sebagai petani. Ketika demam isu penghujan, mereka menanam padi jenis gogo rancah yang sanggup hidup hanya dengan air hujan. Kondisi tanah yang berbukit-bukit menyulitkan mereka untuk bersawah dengan irigasi normal. Di sisi lain, ketika demam isu kemarau mereka biasanya memiliki cadangan kuliner berupa singkong yang ditanam sehabis panen padi gogo rancah. Adalah Pak Kancil Kariyo Dikromo, seorang petani yang hidup bersama anak istrinya di desa tersebut. Ia biasa dipanggil Pak Kancil oleh masyarakat setempat. Pak Kancil selain bertani, juga suka berburu. Ia biasa berburu binatang liar menyerupai ayam hutan, rubah, landak, dan lain-lain di sekitar Bukit Gandok. Suatu pagi, ia berpamitan kepada istrinya untuk berburu ke hutan sekitar Bukit Gandok. “Bu, tolong persiapkan bekal kuliner untukku” “Bapak mau berb

Cerita Islami Kerja Ikhlas

Gambar
Kerja Ikhlas oleh: Andi Dwi Handoko Tengah siang, matahari begitu terik. Lelaki itu tampak melongo melihat alat-alat kerjanya. Udara yang begitu panas menciptakan badannya gerah. Terlihat buliran keringat melekat di dahinya. Namun, kadang ada sepoi angin yang sedikit membuatnya segar. Apalagi di depan tempatnya bekerja, tumbuh pohon mangga yang sedikit lebat. Lelaki itu lantas mengambil kunci ring dan pencongkel ban, kemudian menciptakan suara-suara tak bernada dengan mengadu kedua alat tersebut. Ada rasa resah dalam hatinya. Usaha tambal bannya hari-hari terakhir ini sangat sepi. Terlebih hari ini, sudah pukul 12 belum ada satu pun orang yang memakai jasanya. Lamunan lelaki itu pun berjalan menembus ruang-ruang imajinasi. Ia teringat anak pertamanya yang akan masuk Sekolah Menengan Atas dan anak keduanya yang akan masuk SMP. Semuanya butuh biaya. Apalagi kini biaya sekolah kian mahal, padahal dulu sempat digembor-gemborkan gratis oleh pemerintah. Sementara kebutuhan hidup b